Senin, 12 Januari 2015

Garis imaginer


Garis Imajiner


Pada saat pengambilan gambar untuk pembuatan sebuah film ataupun kegiatan pembuatan dokumentasi suatu kegiatan, terkadang kita melakukan kesalahan kecil yang tidak terpikirkan sebelumnya. Hal ini bisa saja terjadi karena kita tergesa-gesa harus mengejar momen yang sedang berlangsung. Sebagai contoh, saat kita sedang merekam seorang pejabat atau artis yang sedang menyampaikan sebuah pernyataan atau pidato dan pada kesempatan itu juga kita menginginkan gambar yang kita rekam menampilkan penonton atau audience yang nantinya kita gunakan sebagai gambar sisipan dalam editing, sehingga video yang kita hasilkan nantinya dilihat lebih interaktif dengan memperlihatkan pejabat/artis tersebut berbicara di depan banyak penggemarnya.
Namun saat kita menggabungkan gambar-gambar yang kita rekam ternyata malah ada yang terkesan lucu. Setelah kita sisipi dengan gambar penggemar, justru keadaannya jadi kacau. Seharusnya dalam tayangan video yang kita inginkan, artis yang sedang berbicara menghadap ke penggemarnya, masing-masing objek saling berhadapan, yakni si artis menghadapi si penggemar saat pidato. Sedangkan pada video yang kita hasilkan justru pandangan kedua objek itu searah. Keduanya menghadap ke kiri atau ke kanan.
Contoh lain: Kita akan melakukan perekaman gambar dua orang koboi yang akan saling berkelahi sambil menunggang kuda. Adegan yang kita ambil dilakukan dengan metode  cut to cut.
Pertama, kita merekam koboi A berlari kencang dari arah kanan, dengan ekspresi marah mendatangi koboi B dari arah kiri.
Kedua, kita merekam juga saat koboi B dengan keadaan ambisius ingin menghadapi lawannya dari arah kanan.
Setelah hasil rekaman itu digabung, ternyata adegan yang terlihat bukannya dua koboi yang saling memacu mendekat akan bertempur. Tetapi justru gambarnya memperlihatkan dua koboi yang sedang berkejaran.
Mengapa hal-hal itu terjadi? Karena saat mengambil gambar mengabaikan apa yang disebut dengan garis imajiner.
Apa itu garis Imajiner?
Garis imajiner adalah garis atau batasan yang tidak boleh dilewati oleh seorang kameramen dalam melakukan perekaman gambar. Garis ini hanyalah garis maya saja, bukan garis sesungguhnya. Maksud disepakatinya kaidah garis imajiner ini adalah agar gambar yang direkam nantinya lebih memudahkan editor dalam melakukan proses editing.
Kita semua menginginkan segala proses pembuatan video baik untuk kepentingan pembelajaran maupun untuk mengabadikan kegiatan atau peristiwa-peristiwa yang penting berjalan lancar mulai dari awal hingga akhirnya berwujud video yang bagus dengan proses yang lebih mudah. Untuk ini segala persiapan harus matang benar.
Pada gambar di atas kamera tidak boleh melintasi garis imajiner (warna merah). Gerakan kamera hanya diperbolehkan ke arah kiri atau kanan di bawah bidang yang dibatasi oleh garis merah.
Kaidah ini sangat ketat diberlakukan terutama pada beberapa tahun lalu saat proses penyuntingan gambar dilakukan secara analog, karena begitu rumitnya penyuntingan dengan cara analog. Pada saat ini proses penyuntingan sudah memakai cara digital dengan penggunaan peralatan modern yang mudah dilakukan manipulasi, tentu saja kaidah ini tidak terlalu bermasalah dalam langkah penyuntingan nanti. Namun demikian setidaknya jika kaidah ini tetap dijalankan maka kita sudah menghemat tenaga dan waktu  sekaligus mengurangi beban masalah editing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar